Kerupuk Kulit, Tak Sekedar Street Food Belaka
Kerupuk kulit tidak hanya sekedar street food atau jajanan saja.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kudapan ini. Dari segi bisnis
hingga segi kesehatan.
Kerupuk sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Jajanan ini
sering dikonsumsi untuk makanan selingan dan pelengkap makan nasi,
bahkan tak sedikit orang menganggap kerupuk sebagai lauk sehari-hari.
Ada dua jenis kerupuk yang dikenal masyarakat, yaitu kerupuk dengan
bahan baku nabati dan kerupuk dengan tambahan bahan pangan hewani.
Kerupuk bahan baku nabati seperti kerupuk singkong, kerupuk bawang,
kerupuk pecel, kerupuk rambak, dan kerupuk mie. Sedangkan untuk kerupuk
tambahan bahan pangan hewani seperti kerupuk udang, kerupuk ikan, dan
kerupuk rambak kulit.
Untuk kerupuk rambak kulit masih belum banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Kerupuk dengan bahan tambahan hewani yang banyak beredar di
masyarakat saat ini mengunakan tambahan ikan dan udang. Bawang merah,
bawang putih, dan garam umumnya digunakan produsen sebagai penyedap rasa
alami.
Agak Rumit.
Konsumsi kerupuk rambak kulit yang rendah disebabkan juga karena
belum banyak produsen yang menekuni usaha ini karena memang proses
pembuatannya cukup rumit.Butuh ketekunan dan ketelitian dari pembuatnya.
“Saya harus mencoba sampai lima kali, setelah itu baru bisa lancar
membuat kerupuk rambak,” ujar Dalimin (66) yang sudah 22 tahun
menggeluti usaha ini.
Proses awal yang harus Anda lakukan untuk membuat kerupuk rambak
yaitu kulit utuh sapi atau kerbau diiris menjadi empat. Disarankan
memakai kulit kerbau karena akan memudahkan dalam pengelupasan bulunya.
Kemudian dibuat lubang di salah satu sudutnya. Lalu direbus sekitar 15
menit hingga bulu dan kulit luar mudah dikelupas. Setelah direbus lalu
didinginkan. Kemudian Anda kerok dengan menggunakan pisau sampai bersih.
Langkah berikutnya, kulit tadi dipotong-potong segi empat kurang
lebih 10 cm. Lalu di rebus kembali sampai matang. Proses selanjutnya
adalah pendinginan dan pembersihan serta pengambilan daging yang masih
melekat di kulit. Kemudian dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm. Baru
dijemur kurang lebih 2-3 hari. Apabila tidak dijemur hingga kering bisa
membuat kerupuk hancur pada saat penggorengan.
Proses terakhir adalah proses penggorengan dan pemberian bumbu. Di
sini merupakan proses yang paling sulit. Penggorengan akan menentukan
kerupuk yang mengembang dan renyah. Sedangkan pemberian bumbu akan
menentukan merata atau tidaknya bumbu. Untuk penggorengan bisa memakan
waktu hingga 8 jam.
Dalam proses penggorengan disarankan menggunakan kayu bakar. “Pakai
kayu bakar selain murah juga bisa mengatur suhu minyaknya,” ungkap
Dalimin. Pemberian bumbu dilakukan saat kerupuk sudah mulai mengembang.
Bumbu untuk kerupuk rambak umumnya bawang putih dan garam. Keduanya
dihaluskan hingga benar-benar halus. Ada tips pemberian bumbu dari
Dalimin, yaitu mengurangi jumlah kayu dan minyak kira-kira sampai
setengahnya. Ini supaya suhu tidak terlalu panas dan mengurangi letupan
yang diakibatkan adanya garam dalam bumbu tadi. Jika terjadi letupan,
selain membahayakan penggoreng juga bisa menyebabkan kerupuk menjadi
rusak.
Peluang Bisnis.
Belum banyaknya pengrajin yang menekuni usaha kerupuk rambak kulit,
tentunya membuka peluang bisnis bagi Anda. Dengan sedikitnya pesaing di
usaha ini akan memudahkan Anda dalam proses pemasarannya. Dua kulit sapi
atau kerbau bisa menghasilkan 100 kg kerupuk rambak. Harga yang dipatok
Dalimin dalam menjual kerupuknya sebesar 100 ribu rupiah per kg. “Harga
100 ribu per kilo tidak memberatkan pembeli kok, kalau lebaran
Saya sampai kewalahan memenuhi permintaan pembeli,” ujar pengrajin yang
saat pertama kali usaha menjual kerupuknya seharga 12 ribu rupiah per
kg ini. Dalimin bisa menjual kerupuk rambak hingga 300 kg per produksi
jika lebaran tiba.
Kesulitan dalam usaha ini terletak pada pemenuhan bahan baku utamanya
yaitu kulit. Lebih sulit mencari kulit kerbau daripada kulit sapi,
padahal kulit kerbau lebih mudah dalam proses penglupasan bulunya.
“Kalau di Purworejo sudah tidak ada kulit kerbau, Saya harus mencari
sampai Solo,” kata pengrajin asal Purworejo itu.
Diantara kerupuk rambak yang berhasil dalam penggorengan ada pula
kerupuk yang gagal. kerupuk-kerupuk gagal tersebut tetap bisa dijual.
Umumnya digunakan untuk sayur. Untuk kerupuk sayur ini, Dalimin tetap
menjual dengan harga 100 ribu per kg. Saat ditanya berapa omzet per
bulan, Dalimin hanya mengatakan mengambil keuntungan 5 ribu rupiah per
kilogram dari kerupuk rambak yang dijualnya.
Bergizi Tinggi.
Tak hanya berpeluang bisnis, kerupuk kulit juga berpeluang menambah
gizi untuk kesehatan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian dari Pusat
Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, menyimpulkan bahwa kerupuk kulit
merupakan kerupuk yang paling bergizi dibandingkan dengan kerupuk
tapioka, terigu, dan kedelai. Berbagai macam gizi seperti protein,
karbohidrat, dan lemak serta mineral terkandung didalamnya. Kerupuk
kulit mengandung 82,9 % protein. Sedangkan mineral seperti kalsium,
fosfor, dan besi terkandung sebanyak 0,04%.
Jajanan ini juga tak semuanya dibuat dengan bahan alami. Demi meraup
keuntungan yang lebih, pengrajin kadang mencampurkan bahan tambahan
seperti boraks, MSG, dan zat pewarna buatan. Anda tentunya harus
berhati-hati dengan ketiga bahan tambahan tersebut. Pengrajin nakal
kadang menambahkan warna kuning agar penampilan kerupuk lebih menarik.
Untuk kerupuk rambak tanpa zat pewarna mempunyai warna kuning kusam yang
terciptakan secara alami dalam proses penggorengan.
Pemberian MSG pada kerupuk kulit biasanya untuk penyedap rasa.
Terlalu banyak pemberian MSG tentunya tidak baik bagi kesehatan yaitu
bisa menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Gejala
pengidap CRS ini adalah perasaan kaku bagian tengkuk kemudian menyebar
ke bagian tangan, punggung. Hal lain yaitu Anda merasa lemas, denyut
jantung lebih cepat, pusing, muka memerah, sesak nafas dan perasaan
tidak enak.
Boraks umumnya digunakan pengrajin untuk bahan pengawet. “Saya tak
perlu menggunakan bahan pengawet, dengan proses pengeringan yang baik
bisa bikin kerupuk lebih tahan lama kok,” ungkap
Dalimin. Sesuai dengan Permenkes No. 1168/Menkes/Per/X/1999, penggunaan
boraks pada makanan dilarang. Ini dikarenakan akan menyebabkan efek
samping negatif pada kesehatan tubuh. Efek samping tersebut seperti
mual, lemas, pusing, depresi, muntah-muntah, diare, dan kram perut.
Apabila terlalu sering menyantap makanan berboraks bisa menyebabkan efek
samping yang lebih parah seperti kekejangan, koma, dan koleps.
Makanan kecil, makanan ringan, atau kudapan apapun, jika kita jeli maka akan mempunyai manfaat dan peluang yang besar.