KERUPUK kulit
dan dorokdok asal Garut, aslinya menggunakan bahan baku
kulit kerbau dan sampai kini masih menjadi andalan untuk
kualitas terbaik. Namun karena bahan bakunya cenderung terus
berkurangnya populasi kerbau, semakin banyak perajin yang
menggantikannya dengan kulit sapi.
Produksi
kerupuk kulit diketahui ada pula dari daerah lain, misalnya dari
Cirebon, begitu pula dari Jatim yang disebut mereka sebagai rambak
sapi, serta dari Sumatra. Tentu saja, lain asal daerah,
lain pula selera konsumen, kerupuk kulit asal Garut memiliki
ciri khas rasanya agak manis dan lebih lembut dikunyah.
Penjualan kerupuk kulit dan dorokdok
asal Garut, mulai kita jumpai saat memasuki Kec. Tarogong,
di mana banyak kios makanan tradisional setempat berjejer. Umumnya,
kerupuk kulit dan dorokdok itu dijajakan bersama makanan tradisional asal Garut lainnya, seperti dodol, wajit, dll.
Namun di sejumlah rumah makan besar, toko swalayan atau pasar modern, sampai ini kerupuk kulit dan dorokdok
asal Garut belum begitu banyak dijajakan. Kalaupun cukup
banyak, umumnya dijajakan rumah makan yang berada pada jalur ke Garut,
misalnya di Nagreg, Kab. Bandung, di samping beberapa rumah
makan di jalur Purwakarta atau jalur Puncak Cianjur-Bogor.
Kerupuk kulit dan dorokdok
umumnya dijual dalam kemasan plastik ukuran kecil, sedang,
dan besar. Untuk berukuran kecil, kebanyakan dijual Rp 1.500,00/bungkus,
ukuran sedang Rp 5.000,00-6.000,00/bungkus, serta ukuran
besar dengan harga bervariasi, tergantung merek karena ada
yang tergolong dikenal dan yang biasa-biasa saja, sedangkan
kerupuk cungur rata-rata dijual Rp 500,00/bungkus kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar