Kamis, 26 Januari 2012


KERUPUK kulit dan dorokdok asal Garut, aslinya menggunakan bahan baku kulit kerbau dan sampai kini masih menjadi andalan untuk kualitas terbaik. Namun karena bahan bakunya cenderung terus berkurangnya populasi kerbau, semakin banyak perajin yang menggantikannya dengan kulit sapi. 

Produksi kerupuk kulit diketahui ada pula dari daerah lain, misalnya dari Cirebon, begitu pula dari Jatim yang disebut mereka sebagai rambak sapi, serta dari Sumatra. Tentu saja, lain asal daerah, lain pula selera konsumen, kerupuk kulit asal Garut memiliki ciri khas rasanya agak manis dan lebih lembut dikunyah.
Penjualan kerupuk kulit dan dorokdok asal Garut, mulai kita jumpai saat memasuki Kec. Tarogong, di mana banyak kios makanan tradisional setempat berjejer. Umumnya, kerupuk kulit dan dorokdok itu dijajakan bersama makanan tradisional asal Garut lainnya, seperti dodol, wajit, dll.

Namun di sejumlah rumah makan besar, toko swalayan atau pasar modern, sampai ini kerupuk kulit dan dorokdok asal Garut belum begitu banyak dijajakan. Kalaupun cukup banyak, umumnya dijajakan rumah makan yang berada pada jalur ke Garut, misalnya di Nagreg, Kab. Bandung, di samping beberapa rumah makan di jalur Purwakarta atau jalur Puncak Cianjur-Bogor.
Kerupuk kulit dan dorokdok umumnya dijual dalam kemasan plastik ukuran kecil, sedang, dan besar. Untuk berukuran kecil, kebanyakan dijual Rp 1.500,00/bungkus, ukuran sedang Rp 5.000,00-6.000,00/bungkus, serta ukuran besar dengan harga bervariasi, tergantung merek karena ada yang tergolong dikenal dan yang biasa-biasa saja, sedangkan kerupuk cungur rata-rata dijual Rp 500,00/bungkus kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar